Selasa, 03 Maret 2015

Kritik Arsitektur

Kritik Arsitektur adalah merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan (built environment). Kritik meliputi semua tanggapan termasuk tanggapan negatif dan pada hakekatnya kritik bermaksud menyaring dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Ada beberapa metode yang biasa digunakan para kritikus arsitektur diantara lain metode Impresionistik dan metode Deskriptif. Berikut akan dibahas mengenai kedua metode tersebut beserta opini dari penulis mengenai motode tersebut.
1. Metode Impresionistik
·               Kritik impressionis menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya keseniannya
·               Karya yang asli berjasa bagi kritik sebagai area eksplorasi karya-karya baru dan berbeda
Kritik impresionis dapat berbentuk :
· Verbal discourse (narasi verbal puisi atau prosa).
· Caligramme (paduan kata)
· Painting (lukisan)
· Photo image (imagi foto)
· Modification of building (Modifikasi bangunan)
· Cartoon (menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan).
Maksud dari mengritik suatu karya adalah supaya pengkritik dapat belajar kelebihan atau kekurangan dari karya sebelumnya. Hal ini menjadi baik apabila elemen-elemen yang diambil dari karya sebelumnya tidak di terapkan secara penuh pada karya selanjutnya.
Contohnya, seperti fasad suatu bangunan yang di kritik oleh seseorang, kemudian ia mendapatkan permasalahan dari fasad bangunan tersebut yang kemuadian menjadi acuan bagi desain selanjutnya agar tidak mengulangi keslahaan yang sama.
Namun praktik kritik impresionis dapat merugikan apabila seseoang melakukan kritik impresionis pada suatu karya,kemudian ia mendapatkan elemen-elemen yang membuat karya itu bagus dan sukses. Kemudian ia menggunakan itu sebagai acuan karyanya dan menerapkan dengan menirunya. Ini bisa menjadi praktik plagiarism.

 2. Metode Deskriptif
    Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
·         Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan  proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
·         Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk  yang ditampilkannya
·         Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat  bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
Kritik Deskiriptif adalah kritik mendetail yang menguliti suatu karya dari berbagai perspektif dan dari berbagai elemen. Perspektif dari cara kritik ini antara lain adalah:
·         Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
Ø  Static (Secara Grafis)
Ø  Dynamic (Secara Verbal)
Ø  Process (Secara Prosedural)
·         Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
·         Contextual Criticism ( Persitiwa)
Dengan kritik ini kita bisa mengetahui suatu karya sampai seluk beluknya. Metode dari deskripsi ini dapat di kritisi secara induktif, dari hal yang umum ke khusus ataupun deduktif dari hal yang khusus ke umum. Metode kritik ini tidak bertujuan untuk pengembangan karya selsnjutnya seperti metode impresionis yang menggunakan hasil kritik untuk karya selanjutnya.
Objek kritik deskriptif yang saya ambil adalah Menara Air di alun-alun kota magelang, dimana pada tugas ini akan di deskripsikan mulai dari perencanaan hingga pengembangan yang terjadi pada objek ini.

gambar 1 menara air di alun-alun kota magelang
sumber: data pribadi (2014)
Bangunan tua jaman kolonial Belanda memang tidak perlu diragukan kualitasnya. Walaupun umurnya sudah mencapai ratusan tahun, namun bangunan itu masih berfungsi dengan baik. Dari puluhan bangunan tua yang ada di Kota Magelang, menara air/water toren [Bahasa Belanda]/water tower[Bahasa Inggris] atau sebagian masyarakat Magelang lebih menyebutnya sebagai kompor raksasa. Hal ini dikarenakan bentuk bangunan tersebut sepintas mirip dengan kompor minyak, hingga saat ini bangunan yang terletak di pojok alun-alun Kota Magelang ini masih berfungsi dan digunakan tempat penampungan air oleh PDAM Kota Magelang. Bangunan yang dibuat seorang arsitek Belanda ini dulunya memang dibangun sebagai tempat penampungan untuk mencukupi kebutuhan air masyarakat Kota Magelang.
Menara air yang terkenal sebagai Land Mark nya Kota Magelang ini dibangun oleh seorang arsitek kebangsaan Belanda yang bernama Herman Thomas Karsten. Menara yang menampung 1,750 juta liter air ini mulai dibuat pada tahun 1916 dan secara resmi beroperasi melayani masyarakat pada tanggal 2 Mei 1920. Menara ini memiliki tinggi 21,2 meter dan dibangun dengan 32 pilar. Bangunan ini mulai dioperasikan dan bisa mencukupi kebutuhan air masyarakat Kota Magelang pada tahun 1920.“Dulu pekerja yang melakukan pembangunan kebanyakan didatangkan dari Sulawesi. Sempat ada pekerja yang meninggal terjatuh saat mengerjakan bangunan tersebut,” ujar salah satu tokoh masyarakat, H Djauhari. Berdasarkan arsip yang berada di Bangunan seluas 395,99 meter persegi ini, ada beberapa bagian dari menara ini. Bagian paling bawah yang bentuknya melingkar ini dulunya merupakan bangunan yang diperuntukan untuk laboratorium, pelayanan pelanggan, ruang admintrasi dan ruang pengontrol air. Jika dijumlah dengan pintu masuk dan kamar kecil, jumlah ruangan ruangan yang ada di lingkaran bawah berjumlah 16 ruangan. Namun saat ini bangunan tersebut beralih fungsi menjadi gudang.
Untuk menghubungkan dengan bangunan atas yang berfungsi menampung air. Selain pilar yang berjumlah 32, juga ada tangga melingkar yang terlihat dari luar seperti tiang beton dengan diameter 3 meter. Didalam beton tersebut terdapat tangga dengan tiga tingkat yang terdiri dari 18 anak tangga. Tangga tersebut menghubungkan lingkaran bawah dengan lingkaran diatas. Dibagian atas tempat penampungan air tersebut terdapat ruang kecil dan menara yang berfungsi sebagai sirene yang menunjukan waktu pada zaman dahulu
Di lingkaran sebelah atas inilah, air yang berasal dari sumber air di Kalegen, dan Wulung yang berada Bandongan Kabupaten Magelang ini ditampung. Selain itu ada sebuah ruang yang hampa yang difungsikan untuk mengatur tekanan air. Untuk mengontrol dan menggerakan air agar sampai kepelanggan, di menara tersebut terdapat tiga alat pengontrol air yang berfungsi sebagai mesin pemompa untuk mendistribusikan air ke rumah-rumah warga. Tercatat ada tiga mesin yang buatan pabrik Schafter dan Budenberg (Jerman) dan Ruhaak & Co (Belanda). Pipa tersebut sejak pertama bangunan tersebut didirikan masih berfungsi dengan baik.
Tiga mesin tersebut berfungsi untuk memastikan air yang melalui pipa-pipa induk yang nantinya akan disalurkan melalui pipa sekunder ke rumah warga. Masih menurut arsip tersebut, ada 7 pipa induk yaitu di Jalan Diponegoro (1,685 km), Jalan Bandongan (4 km), Jalan Aloon-aloon Utara (140 m), Jalan Aloon-aloon selatan (110 m), Jalan Tentara Pelajar (860 m) Jalan Pemuda (1,065 km) dan Jalan Gatot Subroto (760 m). Pipa-pipa tersebut bermerk Century Utrecht NV Solten Fabriek ini terletak dibawah tanah.


Komposisi bangunan yang memerlukan biaya sebesar 550 ribu Gulden ini terdiri dari Bligon, sebuah adonan bangunan yang terdiri dari semen merah (batu bata),  batu gamping dan semen biasa. Hingga saat ini bangunan tersebut belum pernah mengalami perombakan dan masih berfungsi dengan baik.